Facebook in blogger Portal Pendidikan Indonesia: Konsep Penciptaan Alam Semesta dalam ajaran Ganapati Tattwa

Tuesday, 18 February 2014

Konsep Penciptaan Alam Semesta dalam ajaran Ganapati Tattwa

Konsep Penciptaan dalam ajaran Ganapati Tattwa

Penciptaan Alam Semesta
Dalam pustaka suci Agama Hindu, terdapat  banyak ajaran yang mengetengahkan tentang terjadinya penciptaan dunia (Srsti). Konsep  penciptaan itu meliputi Bhuwana agung (Makrokosmos) dan bhuwana alit (mikrokosmos). Bhuwana  agung berarti  alam besar,  jagat  raya termasuk semua gugusan  matahari, bintang, planet, bumi, bulan, yang menjadi isi  alam semesta.  Sedangkan  bhuwana alit berarti dunia  kecil yang  meliputi unsur-unsur  pembentuk  ciptaan Brahman yang memiliki pramana dan manusia merupakan ciptaan  beliau yang  tingkatannya lebih tinggi karena memiliki  Tri Pramana (Sabda, Bayu, Idep).
Sepanjang  sejarah keterbatasan pemikiran manusia, sejauh itu pula proses penciptaan (Srsti)  terhadap Bhuwana  agung dan Bhuwana alit selalu menjadi pembicaraan  dan bahan diskusi bagi  pencari kebenaran rahasia alam  yang maha tinggi. Eksistensi  Bhuwana agung dan Bhuwana alit  merupakan  pengetahuan tentang  rahasia hidup yang sangat rahasia dan utama.  Pengetahuan ini harus dikuasai  sebagai suatu  sarana untuk  mencapai moksa.  Berbagai  pustaka-pustaka  suci Hindu  dapat dijadikan  obor penerang  menuju rahasia keagungan Brahman yang maha tinggi.
Dalam  Ganapati Tattwa disebutkan, pada awalnya dilukiskan tidak ada apa-apa. Tidak  ada bumi, tidak ada langit, tidak ada dunia, tidak ada ilmu pengetahuan, dan sebagainya. Yang ada hanyalah  Tuhan Yang Maha Esa dalam keadaan  Nirguna, Sukha Acintya yaitu berkeadaaan maha bahagia  yang tidak terpikirkan. Kemudian  terjadilah evolusi  Tuhan dalam  keadaan Nirguna menampilkan  diriNya dalam aspek Saguna. Timbullah keinginan beliau untuk  menyaksikan keadaanNya dalam keadaan sekala-niskala. Mulailah beliau mencipta  yang berkeadaan nyata (Paras) dan yang berkeadaan tidak nyata (Para). Tuhan Saguna disebut juga Sanghyang Jagat Karana bersemayam dalam Sunya. Dari sanalah beliau  mencipta berturut-turut, antara lain:  Ongkara Suddha, Suara, Windu, Prana Suci. Dari Windu lahir Panca Dewata (Brahma, Visnu, Rudra, Iswara, Sadasiwa) yang menjadi  sumber ciptaan selanjutnya.
Ganapati Tattwa mengajarkan, hakekat alam semesta diciptakan oleh panca dewata dari unsur yang paling halus  hingga berwujud nyata. Pertama diciptakan Panca Tan Matra yang berkembang  menjadi wujud yang  lebih kongkrit dan bentuk nyata yaitu Panca Maha Bhuta. Setelah alam semesta  tercipta, kemudian tumbuhlah semua jenis tumbuhan dan binatang dan panca dewata berperan sebagai penjaganya.
Proses penciptaan  bhuwana alit tidak jauh berbeda dengan penciptaan bhuwana agung, sama-sama diciptakan  Panca Dewata. Brahma dan Wisnu menciptakan tubuh dengan sarana tanah dan air, Rudra  menciptakan  mata dari teja,  Iswara menciptakan nafas dari kayu dan  Sadasiwa menciptakan suara dari akasa. Setelah itu  terbentuk barulah  atma menjelma dalam kehidupan  manusia.  Dan Panca Dewata pun mulai menempati  bagian-bagian tubuh untuk  menjaganya dan menumbuhkan kesadaran dan menjiwai  bagian-bagian tubuh tersebut. Brahma menempati muladara, Wisnu menempati nabhi (pusar), Rudra menempati hati, Iswara menempati leher dan Sadasiwa menempati  ujung lidah. Dalam proses perkembangan manusia selajutnya, manusia berperan sebagai alat melalui sanggama. Sedangkan yang menjadi benih manusia di sebut Rupa Suksma yang berkeadaan abstrak dan gaib. Rupa suksma ini menjadi sukla yang mempunyai warna seperti manik putih kekuning-kuningan. Sedangkan swanita  keluar dari Pradhana Tattwa. Keduanya kemudian bercampur dalam rahim si ibu. Disanalah  ia terbentuk dan berkembang sehingga mencapai wujud yang sebenarnya.

No comments:

Post a Comment

Berikan Komentar Anda untuk membangun Blog ini ke arah lebih baik.