Facebook in blogger Portal Pendidikan Indonesia: Konsep Ketuhanan Hindu dalam Upanisad

Monday, 17 February 2014

Konsep Ketuhanan Hindu dalam Upanisad

Ketuhanan dalam Upanisad

Upanisad
Kitab upanisad dalam  rentang  waktu yang cukup lama. Tidak ada kepastian tentang jumlah  kitab upanisad yang sesungguhnya. Dari catatan  yang ada: Kitab Rg Veda memiliki 21 sakha, Yajur Veda memiliki 109 Sakha, Sama Veda memiliki 1.000 Sakha dan  Atharva  Veda memiliki 50 Sakha. Berdasarka  jumlah Sakha itu, yaitu 1.180  buah, maka  jumlah Kitab Upanisad  seyogyanya  1.180 buah. Walaupun demikian secara tradisional  telah diakui kepastiannya  bahwa jumlah  kitab upanisad itu adalah sebanyak 108 buah.
Adapun nama-nama Kitab  Upanisad  yang tergolong adalah:
1.    Isa Upanisad
2.    Kena Upanisad
3.    Katha Upanisad
4.    Prasna Upanisad
5.    Mundaka Upanisad
6.    Mandu kya Upanisad
7.    Taitiriya Upanisad
8.    Aitareya Upanisad
9.    Chandogya  Upanisad
10.Brhad Aranyaka Upanisad
11.Sweta Swatra Upanisad
Di samping itu  itu ada pula  nama lain yang ditambahkan  ke dalam kategori penting, yaitu:
1.    Kavsitaki  Upanisad
2.    Jabala Upanisad
3.    Mahanarayana Upanisad
4.    Paingala (Pingala) Upanisad
Diantara  11 buah kitab Upanisad di atas, maka Isa Upanisadlah yang merupakan Kitab Upanisad terpenting karena kitab ini  langsung  merupakan bagian  dari  mantra Samhita. 18 mantra dari kitab Isa Upanisad, dan terutama mantra  pertama, dapat dinyatakan sebagai ajaran yang paling essensi dari ajaran (agama) Hindu.
Ciri khas dari kitab-kitab Upanisad adalah dalam bentuk penyajian ajaran  yang disampaikannya, yaitu selalu berbentuk dialog antara seorang murid yang bertanya kepada seorang guru  dalam pendidikan. Demikian pula halnya  di Indonesia, kita warisi pula bentuk penyajian  semacam ini, misalnya  dalam kitab-kitab  tattwa seperti  Wrhaspati Tattwa, Ganapati Tattwa, Agastya Parwa dan lain-lain.

Pokok-Pokok Ajaran Upanisad

Ajaran yang tercantum dalam kitab-kitab Upanisad itu merupakan  reaksi dari kaum Ksatriya terhadap kekuasaan para Brahmana, pada jaman Brahmana. Pertentangan para kaum kstariya terhadap kaum agama itu diungkapkan dalam ajaran-ajaran Upanisad. Akan tetapi, kemudian  ketika pengaruh ajaran-ajaran  makin meluas, padahal para ksatriya  lebih banyak berkecimpung  dalam urusan politik, para brahmana  menerima ajaran  Upanisad ini bahkan memonopolinya sebagai ajaran yang  tertinggi yang mereka hasilkan. Hal ini  tidak mengherankan, karena  Upanisad memang  bukan buku filsafat, melainkan kitab keagamaan, yang  diwahyukan  sesuai dengan keadaan orang yang menerimanya, dan lingkungan ketika agama itu diberikan.
Adapun ajaran-ajaran pokok dalam Upanisad antara lain:

1. Brahman

Kata “Brahman” berasal dari akar kata “brh” berarti yang memberi hidup, menumbuhkan, menjadikan hidup, menjadikan berkembang  meluap. Jadi kata “Brahman”  berarti  suatu pertumbuhan yang tidak henti-hentinya atau dengan kata lain berarti yang memimpin segalanya atau dengan kata lain berarti yang memimpin segalanya atau Tuhan  Yang Maha Esa yang memerintah seluruh alam semesta dan segala isinya.
Pada jaman Brahmana, Brahman telah dianggap sebagai  asal pertama alam semesta. Di dalam  Upanisad ajaran ini dipikirkan secara lebih mendalam lagi, bahwa belum ada kesatuan pendapat  di dalam kitab-kitab Upanisad  tentang Brahman tadi. ada yang mengemukakan bahwa, Brahman sebagai Dewa tertinggi, yang lebih kuasa dari dewata yang lain. Dewa yang menjadi  dewannya para Dewa atau tuhan, dari segala yang dipertaruhkan.Adajuga yang memandang para dewata sebagai penjelmaan Brahman di samping itu  ada pandangan  yang lebih menonjol lagi  bahwa Brahman yang transenden, yang berada  di luar alam semesta dan jauh di atas alam semesta dan di dalam diri manusia.

2. Atman

Atman berasal dari kata “an” yang artinya bernafas. Jadi atman adalah pusat segala  fungsi jasmani  dan rokhani manusia. Atman sebagai hakekat  dasar dalam  kehidupan manusia dianggap sebagai roh atau jiwa yang menyebabkan manusia itu hidup, mengalami rasa senang dan duka. Tetapi disadari  pula jiwa dan atma itu kekal, tidak pernah mati dan karena  itu  pengalaman suka dan duka bukan merupakan sifatnya.
Berdasarkan  uraian tersebut di atas maka atma merupakan sumber hidup yang menghidupkan semua makhluk dan atma  bersemayam dalam badan (jasmani) makhluk.
Atman atau Atma (IAST: Ātmā, Sansekerta: आत्म‍ ) dalam Hindu merupakan percikan kecil dari Brahman yang berada di dalam setiap makhluk hidup. Atman di dalam badan manusia disebut: Jiwatman atau jiwa atau roh yaitu yang menghidupkan manusia. Demikianlah atman itu menghidupkan sarwa prani (makhluk di alam semesta ini). Indria tak dapat bekerja bila tak ada atman. Misalnya telinga tak dapat mendengar bila tak ada atman, mata tak dapat melihat bila tak ada atman, kulit tak dapat merasakan bila tak ada atman. Atman itu berasal dari Brahman, bagaikan matahari dengan sinarnya.
Brahman sebagai matahari dan atma-atma sebagai sinar-Nya yang terpencar memasuki dalam hidup semua makhluk.
Sifat-sifat Atman
Dalam Bhagavad Gita dijabarkan mengenai sifat-sifat Atman, diantaranya adalah:
·         Achedya      : tak terlukai oleh senjata
·         Adahya        : tak terbakar oleh api
·         Akledya       : tak terkeringkan oleh angin
·         Acesyah      : tak terbasahkan oleh air
·         Nitya           : abadi
·         Sarwagatah  : di mana- mana ada
·         Sthanu        : tak berpindah- pindah
·         Acala          : tak bergerak
·         Sanatana     : selalu sama
·         Awyakta      : tak dilahirkan
·         Acintya        : tak terpikirkan
·         Awikara       : tak berubah dan sempurna tidak laki- laki ataupun   perempuan.

3. Karma

Pada jaman  Upanisad timbullah  suatu ajaran yang disebut dengan karma. Kata karma berarti  “perbuatan” seperti yang telah kita ketahui tentang ajaran karma bahwa ajaran ini berakar pada  ajaran tentang  rta pada jaman Veda Samhita. ajaran tentang rta dan yadnya yang  memelopori ajaran tentang karma. Sebab ajaran  karma mengemukakan  bahwa baranh  siapa berbuat baik akan mengalami  yang baik tetapi  jika berbuat  jelek maka ia akan mengalami yang jelek.
Semula diajarkan bahwa hukum Karma ini berlaku  bagi perbuatan-perbuatan yang diakukan oleh setiap  orang dalam hidupnya sekarang ini. Apa yang dilakukan dalam hidup sekarang ini  maupun dalam  kehidupan yang kemudian. Ajaran ini mengakibatkan  timbulnya ajaran tentang samsara (kelahiran kembali).

4. Samsara

Telah juga dikemukakan bahwa pada jaman Brahmana, yang mendahului jaman Upanisad juga diajarkan tentang kelahiran kembali ini. Pada waktu itu kelahiran kembali di pandang masih biasa saja tetapi lama kelamaan timbul persoalan. Apa sebab dalam hidup sekarang ada  perbedaan nasib.Adayang dilahirkan sebagai brahmana, ksatriya dan lain-lain.Adajuga yang dilahirkan sebagai orang kaya, miskin, tinggi, rendah, cakep, jelek, cacat  lain sebagainya, dan pada jaman itu  timbul  ajaran bahwa: karma bukan hanya menguasai hidup yang akan datang, melainkan juga hidup  yang lalu. Jadi lingkaran inilah yang disebut samsara yang disebabkan oleh karmanya sendiri.

5. Moksa

Jika  orang mati, rohnya yang halus pergi bersama-sama dengan karma wasananya, karena roh itu  terikat akan karma wesana. Mengenai kelahiran kembali ini ada bagian upanisad  yang mengungkapkan  secara mithologis, bahwa orang yang  menaklukkan dunia dengan persembahan korban, dengan  kedermawaan dan kesederhanaan mereka itu. Jika meninggal jiwanya akan pergi ke alam  sorga yang diantar  oleh  karma wesananya, lalu melalui karma masing-masing akan sampai ke alam Candra Loka (Alam sorga).
Supaya orang dapat memperoleh moksa yaitu bebas dari kelahiran kembali, yang  tiada awal dan tiada akhirnya itu, ia harus membinasakan keinginannya atau mengendalikan nafsu-nafsu  yang jahat. Syarat untuk menghapuskan diri sendiri,  yaitu  pengenalan bahwa atman adalah Brahman. Manusia dalam  mencapai  sampai tingkatan  hidup ini memerlukan latihan dan waktu yang lama sekali.
Pada umumnya ada tiga tingkatan, yaitu:
1.    Srawana:  tingkatan  harus belajar mengenai kebenaran yang  diajarkan dalam upanisad dari seorang guru.
2.    Manam:  tingkatan  harus memantulkan pengetahuan yang telah dipelajarinya dengan maksud untuk meyakinkan diri, akan kebenaran ajaran itu.
3.    Dhyana: tingkatan  harus dengan tetap menyandarkan  kepada kebenaran yang telah diyakini dengan budinya supaya ia dapat  mengelami sendiri kesatuan itu.

Dari uraian di atas teranglah bahwa filsafat di dalam Upanisad ditujukan kepada agama, dengan tujuan terakhir ialah kelepasan manusia dari dunia yang fana ini yang disebut dengan moksa.

No comments:

Post a Comment

Berikan Komentar Anda untuk membangun Blog ini ke arah lebih baik.