Facebook in blogger Portal Pendidikan Indonesia: Sanggah Cucuk

Saturday, 23 August 2014

Sanggah Cucuk

Sanggah Cucuk Simbol Durga

rangda dalam sanggah cucuk
Dalam pelaksanaan upacara manapun di Bali, baik hari raya besar maupun dalam aktifitas yang lain dalam masyarakat menggunakan sanggah cucuk. Masyarakat pada umumnya banyak yang sudah mampu membuat sanggah cucuk, namun tidak demikian dengan pemahaman maknanya.

Pada kenyataanya, sanggah cucuk selalu digunakan untuk setiap upacara di Bali, khususnya di dalam bidang upakara di Bali. Kalaupun mengkhusus biasanya yang sering memakai sanggah cucuk adalah pada saat upacara Bhuta Yajna, khususnya lagi pada upacara mecaru.

Adapun arti dari sanggah cucuk ini adalah sebagai symbol stana Hyang Widhi dengan manifestasinya sebagai Shiva. Karena dalam tradisi Hindu di Bali selalu dipengaruhi oleh ajaran Shiva Sidhanta, termasuk arti sanggah cucuk tersebut. Dalam sumber yang lain mengatakan, yaitu Lontar Bhama Krtih, sanggah cucuk ini mempunyai arti sebagai symbol kekuatan alam baik yang bersifat positif, maupun yang bersifat negative yang pada tujuannya untuk penyeimbang alam ini. Adapun ketiga kekuatan itu adalah : Bhuta, Kala dan Dhurga. Ketiganya ini mempunyai peranan yang berbeda-beda dalam memberikan energy yang luar biasa kepada alam ini dan merupakan manifestasi dari Panca Mahabhuta.

Satu tangkai sanggah cucuk yang ditancapkan ke tanah adalah sebagai symbol sikap mesuku tunggal dan memiliki sifat krodha (memurti), sehingga ketiga kekuatan tersebut di atas dapat mengganggu keseimbangan antara Bhuana Agung dan Bhuana Alit. Dengan terganggunya keseimbangan tersebut maka munculah gejala-gejala yang dirasakan baik itu yang bersifat positif dan negative yang akan mempengaruhi keseimbangan atau pola piker manusia yang lazim disebut Bhucari. Dari sinilah ketiga kekuatan tersebut mendapat sebutan Bhuta Bhucari, Kala Bhucari dan Durgha Bhucari, oleh karena itu perlu dinetralisir melalui pelaksanaan upacara bhuta yajna agar menjadi Bhuta Hita, Kala Hita dan Durgha Hita. Dengan demikian sanggah cucuk adalah sebagai symbol stananya Sang Hyang Ibu Perthivi atau perwujudan Dhurga dalam bentuk lain sebagai symbol penetralisir dari kekuatan Bhuta Bhucari, Kala Bhucari dan Durgha Bhucari dengan swabhawanya sebagai Sang Hyang Sri Basundari.

Jadi setiap aktifitas manusia selalu saja dipengaruhi oleh kekuatan alam, apa yang diuraikan di atas ada juga dalam diri kita dalam bentuk alit. Untuk menyeimbangkan di Bhuana Alit, kita sebagai manusia perlu adanya pemahaman tentang ajaran agama itu sendiri. Jadi inti kekuatan sanggah cucuk ini sebagai penetralisir kekuatan alam yang positif dan negative. Karena kedua kekuatan ini tidak dapat dipisahkan, kedua sifat ini saling mengisi untuk menyimbangkan hidup.

Sebagai bentuk lain dalam sastra agama disebutkan ketiga kekuatan tersebut, yakni Bhuta Bhucari sebagai lambang Uma Dewi, Kala Bhucari sebagai lambang Gangga Gari dan Dhurga Bhucari sebagai lambang Dhurga Dewi. Pada sanggah cucuk biasanya berisi sujang yang di dalamnya berisi arak brem, sujang ini terbuat dari ranting bambu, diambil dua ruas dan diantara ruasnya dikelupas sehingga kelihatan lubang pada kedua ruas dan masing-masing lubang diberi arak dan brem. Hal ini mengandung makna bahwa sebagai kekuatan penarik gaib (Pengastawa), karena brem yang berwarna merah memiliki kekuatan menguap menjadi symbol Ang, sedangkan arak berwarna bening memiliki kekuatan yang sama dengan symbol Ah. Kedua kekuatan ini bias digunakan sebagai symbol pengastawa pamralina, jadi sanggah cucuk memiliki multifungsi sesuai dengan kebutuhannya.


Demikian Artikel Sanggah Cucuk Sebagai Simbol Stana Dhurga ini, semoga bermanfaat untuk kita semua.

No comments:

Post a Comment

Berikan Komentar Anda untuk membangun Blog ini ke arah lebih baik.