Facebook in blogger Portal Pendidikan Indonesia: August 2014

Sunday, 24 August 2014

Jenis dan Manfaat Yoga



Jenis-Jenis dan Manfaat Yoga




Chakra
Di bawah ini akan diuraikan beberapa tehnik gerakan yoga yang sangat mudah untuk dipraktekkan dan memiliki banyak sekali manfaat untuk tubuh kita, adapun jenis-jenis yoga dan manfaatnya antara lain :
No
Jenis Yoga
Tehnik Gerakan
Manfaat
1
Padmāsana
Kedua kaki diluruskan ke depan lalu tempatkan kaki kanan di atas paha kiri, kemudian kaki kiri di atas paha kanan. Kedua tangan boleh ditempatkan di lutut.
Dapat menopang tubuh dalam jangka waktu yang lama, hal ini disebabkan karena tubuh mulai dapat dikendalikan oleh pikiran.
2
Siddhāsana

Letakkan salah satu tumit di pantat, dan tumit yang
lain di pangkal kemaluan. Kedua kaki diletakkan begitu rupa sehingga kedua ugel-ugel mengenai satu
dengan yang lain.
Memberikan efek ketenangan pada seluruh
jaringan saraf dan mengendalikan fungsi
seksual.
3
Swastikāsana
Kedua kaki lurus ke depan kemudian lipat kaki dan taruh dekat otot paha kanan, bengkokkan kaki kanan dan dorong telapak kaki dalam ruang antara paha dengan otot betis.
Menghilangkan reumatik, menghilangkan penyakit empedu dan lender dalam keadaan sehat, membersihkan dan menguatkan urat-urat kaki dan paha.
4
Sarvangāsana
Berbaring dengan punggung di atas selimut, angkat kedua kaki perlahan kemudian angkat tubuh bagian atas, pinggang, paha, dan kaki lurus ke atas. Punggung ditunjang oleh kedua tangan.
Memelihara kelenjar
thyroid.
5
Halāsana
Posisi tubuh rebah dengan
telapak tangan telungkup
di samping badan. Kedua
kaki rapat lalu diangkat ke
atas dengan posisi lurus.
Tubuh jangan bengkok.
Kaki dan tubuh buat siku
lebar. Turunkan kedua kaki
melalui muka sampai jari
kaki mengenai lantai. Paha
dan kaki membentuk garis
lurus.
Menguatkan urat dan
otot tulang belakang
dan susunan urat-urat
di sisi kanan kiri tulang
punggung.
6
Matsyāsana
Rebahkan diri di atas
punggung, dengan kepala
diletakkan pada kedua
tangan yang disalipkan.
Membasmi bermacam
penyakit seperti asma,
paru-paru, bronchitis.
7
Paschimottanāsana
Duduk di lantai dengan kaki menjulur lurus, pegang jari kaki dengan tangan, tubuh dibengkokkan ke depan.
Membuat nafas berjalan di brahma nadi (sungsum) dan menyalakan api pencernaan, dan untuk mengurangi lemak di perut.
8
Mayurāsana (Burung
Merak)
Berlutut di atas lantai, jongkok di atas jari kaki, angkat tumit ke atas dengan kedua tangan berdekatan, dengan telapak tangan di atas lantai, ibu jari kedua tangan harus mengenai lantai dan harus berhadapan dengan kaki.
Menguatkan pencernaan, membetulkan salah pencernaan dan salah perut seperti kembung, juga murung hati dan limpa yang bekerja lemah akan baik kembali.
9
Ardha Matsyendrāsana
Letakkan tumit kiri di dekat lubang pantat dan di bawah kemaluan mengenai tempat di antara lubang pantat dan kemaluan. Belokkan lutut kanan dan letakkan ugel-ugel kanan di pangkal paha kiri, dan kaki kanan diletakkan di atas lantai berdekatan dengan sambungan kiri, letakkan ketiak kiri di atas lutut kanan kemudian dorong sedikit ke belakang sehingga mengenai bagian belakang dari ketiak. Pegang lutut kiri dengan telapak tangan kiri perlahan punggung belokkan ke sisi dan putar sedapat mungkin
ke kanan, belokkan jidat ke kanan sehingga segaris dengan pundak kanan, ayunkan tangan kanan ke belakang pegang paha
kiri dengan tangan kanan, tulang punggung lurus.
Memperbaiki alat-alat pencernaan, menambah nafsu makan. Kundalini akan dibangunkan juga dan membuat candranadi mengalir tetap.
10
Salabhāsana

Rebahkan diri dengan telungkup, kedua tangan di sisi badan terlentang. Tangan diletakkan di bawah perut, hirup nafas seenaknya kemudian keluarkan perlahan. Keraskan seluruh badan dan angkat kaki ke atas + 40 cm, dengan lurus sehingga paha dan perut bawah dapat terangkat juga.
Menguatkan otot perut, paha, dan kaki, Menyembuhkan penyakit perut dan usus juga penyakit limpa dan penyakit bungkuk dapat dikurangi.
11
Bhuyanggāsana
Merebahkan diri dengan telungkup, lemaskan otot, dan tenangkan hati, letakkan telapak tangan di lantai di bawah bahu dan siku, tubuh dan pusar sampai jari-jari kaki tetap di lantai. Angkat kepala dan tubuh ke atas perlahan seperti kobra ke atas, bengkokkan tulang punggung ke atas.
Istimewa untuk wanita, dapat memberi banyak faedah, Rahim dan kantung kemih
akan dikuatkan, menyembuhkan amenorhoea (dating bulan tidak cocok),
dysmenorhoea (merasa sakit pada waktu dating bulan, leucorrhoea (sakit keputihan), dan macam penyakit lain di kantung kemih, indung telur dan peranakan.
12
Dhanurāsana
Rebahkan diri dengan dada dan muka di bawah, kedua tangan diletakkan di sisi, kedua kaki ditekuk ke belakang, naikkan tangan ke belakang dan pegang ugel-ugel, angkat dada dan kepala ke atas, lebarkan dada, tangan dan kaki kaku dan luruskan, tahan nafas dan keluarkan nafas perlahan.
Menghilangkan sakit bungkuk, reumatik di kaki, lutut, dan tangan. Mengurangi kegemukan, dan melancarkan peredaran darah.
13
Gomukhāsana
Tumit kaki kiri diletakan di bawah pantat kiri, kaki kanan diletakkan sedemikian rupa, sehingga lutut kanan berada di atas lutut kiri dan telapak kaki kanan ada di sebelah paha kiri berdekatan.
Menghilangkan reumatik di kaki, ambeen, sakit kaki dan paha, menghilangkan susah BAB (Buang Air Besar).
14
Trikonāsana
Berdiri tegak, kedua kaki terpisah, + 65 – 70 cm, kemudian luruskan tangan dengan lebar, segaris dengan pundak, tangan sejajar dengan lantai.
Menguatkan urat-urat tulang punggung dan alat-alat di perut, menguatkan gerak usus dan menambah nafsu makan.
15
Baddha Padmāsana
Duduk dengan sikap padmasana, tumit mengenai perut, tangan kanan ke belakang memegang ibu jari kanan, begitu juga tangan kiri. Tekan janggut ke dada, lihat pada ujung hidung dan bernafas pelanpelan.
Asana ini bukan untuk bermeditasi tetapi untuk memperkuat kesehatan dan menguatkan badan. Dapat menyembuhkan lever, uluhati, usus.
16
Padahasthāsana
Berdiri tegak, tangan digantung di sebelah badan, kedua tumit harus rapat tapi jari harus terpisah, angkat tangan kedua-duanya ke atas kepala. Perlahan bengkokkan badan ke bawah, jangan bengkokkan siku lalu pegang jari kaki dengan ibu jari, jari telunjuk, dan jari tengah.
Menghilangkan hawa nafsu, tamas, menghilangkan lemak.
17
Matsyendrāsana
Duduk dengan kaki menjulur, letakkan kaki kiri di atas pangkal paha kanan dan letakkan tumit kaki kiri di pusar. Kaki kanan letakkan di lantai di pinggir lutut kiri. Tangan kiri melalui lutut kanan di luarnya memegang jari kaki kanan dengan ibu jari, telunjuk, dan jari tengah lalu tekankan pada lutut kanan dan kiri.
Menghilangkan reumatik, menguatkan prana shakti (gaya batin)
dan menyembuhkan banyak penyakit.
18
Chakrāsana
Berdiri dengan tangan diangkat ke atas, perlahanlahan turunkan ke belakang dengan membengkokkan tulang punggung.
Melatih kegesitan, tangkas, segala pekerjaan akan dilaksanakan dengan cepat.
19
Savāsana
Tidur terlentang, tangan lurus di samping badan, luruskan kaki dan tumit berdekatan. Tutup mata bernafas perlahan, lemaskan semua otot.
Memberikan istirahat pada badan, pikiran, dan sukma.
20
Janusirāsana
Letakkan tumit kiri di antara lubang pantat dan kemaluan, dan tekanlah tempat itu. Kaki kanan menjulur dengan lurus. Pegang jari kaki kanan dengan dua tangan.
Menambah semangat dan menolong pencernaan. Asana ini menggiatkan surya chakra.
21
Garbhāsana
Kedua tangan di antara paha dan betis, keluarkan kedua siku lalu pegang telinga kanan dengan tangan kanan dan sebaliknya.

22
Kukutāsana
Lebih dulu membuat padmasana. Masukkan tangan satu per satu dalam betis hingga sampai kirakira di siku, telapak tangan diletakkan di lantai dengan jari terbuka ke depan, angkat badan ke atas salib kaki kira-kira sampai di siku.
Menguatkan otot-otot dada dan pundak.


Mengenal dan Manfaat Ajaran Yoga

Ajaran Yoga

yoga
Tvām agne angiraso guhāhitam,
anvavindan sisriyānam vane vane

”Ya Tuhan Yang Maha Esa, Dikau meliputi setiap hutan dan pohon.
Para bijaksana menyadari Dikau di dalam hati”
(Rg veda V.11. 6)

Latihan dan gerakan yoga menjadikan dan mengantarkan jasmani dan rohani umat sedharma sejahtera dan bahagia. Sepatutnya kita bersyukur ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa karena atas anugrahnya kita dapat mengenal dan belajar yoga. Belajar tentang yoga sangat bermanfaat untuk perkembangan jasmani dan rohani umat Hindu. Mempraktikkan gerakan-gerakan yoga kebugaran jasmani dan kesegaran rohani umat dapat terwujud sebagaimana mestinya. Pengajaran pengetahuan yoga dinyatakan telah berlangsung sejak ribuan tahun yang lalu dalam tradisi Hindu. Pengetahuan kuno yoga telah menguraikan kebenaran bahwa dalam keharmonisantubuh dan pikiran terletak rahasia kesehatan. Pengetahuan ini selalu menarik dan digemari oleh setiap generasi hingga dikembangkan dalam berbagai bentuk.
Yoga di samping sebagai pengetahuan rohani juga dapat memberikan latihanlatihan badan/asanas. Asanas memungkinkan  memperbaiki kesehatan banyak orang dan mencapai suatu kehidupan yang bersemangat. Melalui pembelajaran yoga para siswa secara bertahap dapat belajar menjaga pikiran dan tubuh dalam keseimbangan yang tenang dalam semua keadaan, mempertahankan ketenangan dalam situasi apa pun. Latihan-latihan asanas dapat membangun rasa percaya diri, mengatasi stres, mengembangkan konsentrasi, dan menambah kekuatan pikiran. Kekuatan pikiran adalah kunci untuk mengerti spiritual yang mendalam. Bila kita merasa sakit karena terjadi ketidakseimbangan di dalam tubuh, pikiran, atau hasil hormon yang tidak seimbang, latihan asanas dapat banyak membantu menormalisirnya.
Gerakan-gerakan ajaran yoga asanas pada tingkat yang paling dasar kebanyakan meniru gerakan binatang ketika berusaha dapat sembuh dari sakit yang dideritanya. Dapat dikatakan hampir seluruh asanas diberikan identitas sesuai nama-nama binatang. Untuk dapat menetralisir ketegangan pikiran sebagai akibat bisingnya urusan keseharian yang semakin ruwet, gerakan-gerakan asanas perlu dikombinasikan dengan latihan-latihan pernafasan, konsentrasi, dan relaksasi. Dengan demikian pikiran yang ruwet dapat dikembalikan ke dalam suasana yang normal.
Setelah melalui latihan asanas secara teratur kita mampu menjadi tuan bagi tubuh kita sendiri, bebas dari gangguan sakit, awet muda, hidup santai, penuh energi, bebas dari pengaruh emosional, menjadikan hidup ini selalu siap bekerja untuk kesejahteraan umat manusia. Manfaat latihan pernapasan (yoga) menjadikan pernapasan lebih dalam dan pelan, paru-paru berkembang sampai pada kapasitas penuh. Akibatnya tubuh menerima oksigen dalam jumlah maksimal. Apabila gerakan-gerakan ajaran yoga asanas dapat dilakukan dengan benar dan tepat maka kelelahan menjadi hilang, Dan orang merasa penuh tenaga dan merasa segar. Adapun manfaat ajaran yoga dapat dilihat dalam uraian berikut ini.
1. Sebagai tujuan hidup yang tertinggi dan terakhir dalam ajaran Hindu yaitu terwujudnya Moksartham Jagadhita Ya Ca Iti Dharma.

2. Untuk menjaga kesehatan, kebugaran jasmani dan rohani dapat dilakukan melalui praktik berbagai macam gerakan Yoga Asanas. Berikut ini dapat ditampilkan dalam bentuk kolom beberapa gerakannya.

Ajaran Astāngga Yoga Rsi Patanjali

Astāngga Yoga


Mahadewa Siwa
Pratena dikṡām āpnoti dikṣāya āpnoti dakṣiṇām,
dakṣinā ṡraddhām āpnoti ṡraddhāya satyam āpyate”.

”Melalui pengabdian kita memperoleh kesucian, dengan kesucian kita
mendapat kemuliaan.
Dengan kemuliaan kita mendapat kehormatan dan dengan kehormatan kita
memperoleh kebenaran”
(Yajur veda XIX.30).

Dalam menjalankan yoga ada tahap-tahap yang harus ditempuh yang disebut dengan Astāngga yoga. Maksudnya adalah delapan tahapan yang ditempuh dalam melaksanakan yoga. Adapun bagian-bagian dari Astāngga yoga yaitu yama (pengendalian diri unsur jasmani), nyama (pengendalian diri unsur-unsur rohani), asana (sikap tubuh), pranayama (latihan pernafasan), pratyahara (menarik semua indrinya ke dalam), dharana (telah memutuskan untuk memusatkan diri dengan Tuhan), dhyana (mulai meditasi dan merenungkan diri serta nama Sang Hyang Widhi Wasa), dan Samadhi (telah mendekatkan diri, menyatu atau kesendirian yang sempurna atau merealisasikan diri). Di bawah ini dijelaskan bagian-bagian dari Astāngga yoga yang dimaksud antara lain sebagai berikut:
1. Yama (Panca Yama Brata)
Panca Yama Brata adalah lima pengendalian diri tingkat jasmani yang harus dilakukan tanpa kecuali. Gagal melakukan pantangan dasar ini maka seseorang tidak akan pernah bisa mencapai tingkatan berikutnya. Penjabaran kelima Yama Bratha ini diuraikan dengan jelas dalam patanjali yoga sūtra II.35 – 39.
  • Ahimsa atau tanpa kekerasan. Jangan melukai mahluk lain manapun dalam pikiran, perbuatan atau perkataan (Patanjali Yoga Sūtra II.35).
  • Satya atau kejujuran/kebenaran dalam pikiran, perkataan dan perbuatan, atau pantangan akan kecurangan, penipuan dan kepalsuan (Patanjali Yoga Sūtra II.36).
  • Astya atau pantang menginginkan segala sesuatu yang bukan miliknya sendiri. Atau dengan kata lain pantang melakukan pencurian baik hanya dalam pikiran, perkataan apalagi dalam perbuatan (Patanjali Yoga Sūtra II.37).
  • Brahmacarya atau berpantang kenikmatan seksual (Patanjali Yoga Sūtra II.38).
  • Aparigraha atau pantang akan kemewahan; seorang praktisi yoga (yogin) harus hidup sederhana (Patanjali Yoga Sūtra II.38).
2. Niyama (Panca Niyama Bratha)

Panca Yama Brata adalah lima pengendalian diri tingkat rohani dan sebagai pendukung dari pantangan dasar sebelumnya diuraikan dalam Patanjali Yoga Sūtra II.40-45.
  • Sauca, kebersihan lahir batin. Lambat laun seseorang yang menekuni prinsip ini akan mulai mengesampingkan kontak fisik dengan badan orang lain dan membunuh nafsu yang mengakibatkan kekotoran dari kontak fisik tersebut (Patanjali Yoga Sūtra II.40). Sauca juga menganjurkan kebajikan sattvasuddi atau pembersihan kecerdasan untuk membedakan hal-hal berikut : Saumanasya atau keriangan hati, Ekagrata atau pemusatan pikiran, Indriajaya atau pengawasan nafsu-nafsu, Atmadarsana atau realisasi diri (Patanjali Yoga Sūtra II.41).
  • Santosa atau kepuasan. Hal ini dapat membawa praktisi yoga ke dalam kesenangan yang tidak terkatakan. Dikatakan dalam kepuasan terdapat tingkat kesenangan transendental (Patanjali Yoga Sūtra II.42).
  • Tapa atau mengekang. Melalui pantangan tubuh dan pikiran akan menjadi kuat dan terbebas dari noda dalam aspek spiritual (Patanjali Yoga Sūtra II.43).
  • Svadhyaya atau mempelajari kitab-kitab suci, melakukan japa (pengulangan pengucapan nama-nama suci Tuhan) dan penilaian diri sehingga memudahkan tercapainya “istadevata-samprayogah, persatuan dengan apa yang dicitacitakannya (Patanjali Yoga Sūtra II.44).
  •  Isvarapranidhana atau penyerahan dan pengabdian kepada Sang Hyang Widhi yang akan mengantarkan seseorang kepada tingkatan samadhi (Patanjali Yoga Sūtra II.45).
Dengan menempuh jalan kebaikan bukan berarti seseorang dengan sendirinya dilindungi terhadap kesalahan yang bertentangan. Jangan menyakiti orang lain belum tentu berarti perlakukan orang lain dengan baik. Kita harus melakukan keduanya, tidak menyakiti orang lain dan sekaligus melakukan keramahtamahan.
3. Asana

Asana adalah sikap duduk pada waktu melaksanakan yoga. Buku Yogasutra tidak mengharuskan sikap duduk tertentu, tetapi menyerahkan sepenuhnya kepada siswa sikap duduk yang paling disenangi dan relaks, asalkan dapat menguatkan konsentrasi dan pikiran, dan tidak terganggu karena badan merasakan sakit akibat sikap duduk yang dipaksakan. Selain itu sikap duduk yang dipilih agar dapat berlangsung lama, serta mampu mengendalikan sistem syaraf sehingga terhindar dari goncangan-goncangan pikiran. Sikap duduk yang relaks antara lain silasana (bersila) bagi laki-laki dan bajrasana (bersimpuh, menduduki tumit) bagi wanita, dengan punggung yang lurus dan tangan berada di atas kedua paha, telapak tangan menghadap ke atas.
4. Pranayama
Pranayama adalah pengaturan nafas keluar masuk paru-paru melalui lubang hidung dengan tujuan menyebarkan prana (energi) ke seluruh tubuh. Pada saat manusia menarik nafas mengeluarkan suara So, dan saat mengeluarkan nafas berbunyi Ham. Dalam bahasa Sansekerta So berarti energi kosmik, dan Ham berarti diri sendiri (saya). Ini berarti setiap detik manusia mengingat diri dan energi kosmik. Pranayama terdiri dari puraka yaitu memasukkan nafas, kumbhaka yaitu menahan nafas, dan recaka yaitu mengeluarkan nafas. Puraka, kumbhaka dan recaka dilaksanakan pelanpelan bertahap masing-masing dalam tujuh detik. Hitungan tujuh detik ini dimaksudkan untuk menguatkan kedudukan ketujuh cakra yang ada dalam tubuh manusia yaitu muladhara yang terletak di pangkal tulang punggung di antara dubur dan kemaluan, svadishthana yang terletak di atas kemaluan, manipura yang terletak di pusar, anahata yang terletak di jantung, vishuddha yang terletak di leher, ajna yang terletak di tengah-tengah kedua mata, dan sahasrara yang terletak di ubun-ubun.
5. Pratyahara
Pratyahara adalah penguasaan panca indra oleh pikiran sehingga apa pun yang diterima panca indra melalui syaraf ke otak tidak mempengaruhi pikiran. Panca indra adalah pendengaran, penglihatan, penciuman, perasa dan peraba. Pada umumnya indra menimbulkan nafsu kenikmatan setelah mempengaruhi pikiran. Yoga bertujuan memutuskan mata rantai olah pikiran dari rangsangan syaraf ke keinginan (nafsu), sehingga citta menjadi murni dan bebas dari goncangangoncangan. Jadi yoga tidak bertujuan mematikan kemampuan indra. Untuk jelasnya mari kita kutip pernyataan dari Maharsi Patanjali sebagai berikut
Swa Viyasa Asamprayoga,
Cittayasa Svarupa Anukara,
Iva Indrayanam Pratyaharah,
tatah Parana Vasyata Indriyanam

 “Pratyahara terdiri dari pelepasan alat-alat indra dan nafsunya masing-masing, serta menyesuaikan alat-alat indra dengan bentuk citta (budi) yang murni. Makna yang lebih luas sebagai berikut pratyahara hendaknya dimohonkan kepada Sang Hyang Widhi dengan konsentrasi yang penuh agar mata rantai olah pikiran ke nafsu terputus”.
6. Dharana
Dharana artinya mengendalikan pikiran agar terpusat pada suatu objek konsentrasi. Objek itu dapat berada dalam tubuh kita sendiri, misalnya “selaning lelata” (selasela alis) yang dalam keyakinan Sivaism disebut sebagai “trinetra” atau mata ketiga Siwa. Dapat pula pada “tungtunging panon” atau ujung (puncak) hidung sebagai objek pandang terdekat dari mata. Para sulinggih (pendeta) di Bali banyak yang menggunakan ubun-ubun (sahasrara) sebagai objek karena di saat “ngili atma” di ubun-ubun dibayangkan adanya padma berdaun seribu dengan mahkotanya berupa atman yang bersinar “spatika” yaitu berkilau bagaikan mutiara. Objek lain di luar tubuh manusia misalnya bintang, bulan, matahari, dan gunung. Penggunaan bintang sebagai objek akan membantu para yogin menguatkan pendirian dan keyakinan pada ajaran Dharma, jika bulan yang digunakan membawa ke arah kedamaian batin, matahari untuk kekuatan jasmani, dan gunung untuk kesejahteraan. Objek di luar badan yang lain misalnya patung dan gambar dari dewa-dewi, guru spiritual, yang bermanfaat bagi terserapnya vibrasi kesucian dari objek yang ditokohkan itu. Kemampuan pengikut yoga melaksanakan dharana dengan baik akan dapat memudahkan yang bersangkutan mencapai dhyana dan samadhi.
7. Dhyana
Dhyana adalah suatu keadaan di mana arus pikiran tertuju tanpa putus-putus pada objek yang disebutkan dalam Dharana itu, tanpa tergoyahkan oleh objek atau gangguan atau godaan lain baik yang nyata maupun yang tidak nyata. Gangguan atau godaan yang nyata dirasakan oleh panca indra baik melalui pendengaran, penglihatan, penciuman, pengecap maupun peraba. Gangguan atau godaan yang tidak nyata adalah dari pikiran sendiri yang menyimpang dari sasaran objek dharana. Tujuan dhyana adalah aliran pikiran yang terus menerus kepada Sang Hyang Widhi melalui objek dharana. Lebih jelasnya Yogasutra Maharsi Patanjali menyatakan : “Tantra Pradyaya Ekatana Dhyanam” terjemahannya, arus buddhi (pikiran) yang tiada putus-putusnya menuju tujuan (Sang Hyang Widhi). Kaitan antara pranayama, pratyahara dan dhyana sangat kuat, dinyatakan oleh Maharsi Yajanawalkya sebagai berikut ”Pranayamair Dahed Dosan, Dharanbhisca Kilbisan,Pratyaharasca Sansargan, Dhyanena Asnan Gunan”. Artinya, dengan pranayama terbuanglah kotoran badan dan kotoran buddhi, dengan pratyahara terbuanglah kotoran ikatan (pada objek keduniawian), dan dengan dhyana dihilangkanlah segala apa (hambatan) yang berada di antara manusia dan Sang Hyang Widhi.
8. Samadhi
Samadhi adalah tingkatan tertinggi dari Astāngga yoga, yang dibagi dalam dua keadaan yaitu:
  • Samprajnatta samadhi atau Sabija samadhi, adalah keadaan di mana yogin masih mempunyai kesadaran.
  • Asamprajnata samadhi atau Nirbija samadhi, adalah keadaan di mana yogin sudah tidak sadar akan diri dan lingkungannya, karena batinnya penuh diresapi oleh kebahagiaan tiada tara, diresapi oleh cinta kasih Sang Hyang Widhi. Baik dalam keadaan Sabija samadhi maupun Nirbija-samadhi, seorang yogin merasa sangat berbahagia, sangat puas, tidak cemas, tidak merasa memiliki apa pun, tidak mempunyai keinginan, pikiran yang tidak tercela, bebas dari “Catur Kalpana” (yaitu : tahu, diketahui, mengetahui, pengetahuan), tidak lalai, tidak ada ke-”aku”-an, tenang, tentram dan damai. Samadhi adalah pintu gerbang menuju moksa. Ini dikarenakan unsur-unsur moksa sudah dirasakan oleh seorang yogin. Samadhi yang dapat dipertahankan terus-menerus keberadaannya, akan sangat memudahkan pencapaian moksa.
Yada Pancavatisthante,
Jnanani Manasa Saha,
Buddhis Ca Na Vicestati,
tam Ahuh Paramam Gatim

“Bilamana panca indra dan pikiran berhenti dari kegiatannya dan buddhi sendiri kokoh dalam kesucian, inilah keadaan manusia yang tertinggi.”
(Katha Upanisad II.3.1)