Facebook in blogger Portal Pendidikan Indonesia

Friday, 3 October 2014

Narasimha

Narasimha Avatara

Avatara wisnu
Narasimha Avatara
Narasimha (Devanagari: नरसिंह ; disebut juga Narasingh, Nārasiṃha) adalah awatara (inkarnasi/penjelmaan) Wisnu yang turun ke dunia, berwujud manusia dengan kepala singa, berkuku tajam seperti pedang, dan memiliki banyak tangan yang memegang senjata. Narasimha merupakan simbol dewa pelindung yang melindungi setiap pemuja Wisnu jika terancam bahaya.

Mitologi

Menurut kitab Purana, pada menjelang akhir zaman Satyayuga (zaman kebenaran), seorang raja asura (raksasa) yang bernama Hiranyakasipu membenci segala sesuatu yang berhubungan dengan Wisnu, dan dia tidak senang apabila di kerajaannya ada orang yang memuja Wisnu. Sebab bertahun-tahun yang lalu, adiknya yang bernama Hiranyaksa dibunuh oleh Waraha, awatara Wisnu.
Agar menjadi sakti, ia melakukan tapa yang sangat berat, dan hanya memusatkan pikirannya pada Dewa Brahma. Setelah Brahma berkenan untuk muncul dan menanyakan permohonannya, Hiranyakasipu meminta agar ia diberi kehidupan abadi, tak akan bisa mati dan tak akan bisa dibunuh. Namun Dewa Brahma menolak, dan menyuruhnya untuk meminta permohonan lain. Akhirnya Hiranyakashipu meminta, bahwa ia tidak akan bisa dibunuh oleh manusia, hewan ataupun dewa, tidak bisa dibunuh pada saat pagi, siang ataupun malam, tidak bisa dibunuh di darat, air, api, ataupun udara, tidak bisa dibunuh di dalam ataupun di luar rumah, dan tidak bisa dibunuh oleh segala macam senjata. Mendengar permohonan tersebut, Dewa Brahma mengabulkannya.
Sementara ia meninggalkan rumahnya untuk memohon berkah, para dewa yang dipimpin oleh Dewa Indra, menyerbu rumahnya. Narada datang untuk menyelamatkan istri Hiranyakasipu yang tak berdosa, bernama Lilawati. Saat Lilawati meninggalkan rumah, anaknya lahir dan diberi nama Prahlada. Anak itu dididik oleh Narada untuk menjadi anak yang budiman, menyuruhnya menjadi pemuja Wisnu, dan menjauhkan diri dari sifat-sifat keraksasaan ayahnya.

Narasimha membunuh Hiranyakashipu

Mengetahui para dewa melindungi istrinya, Hiranyakasipu menjadi sangat marah. Ia semakin membenci Dewa Wisnu, dan anaknya sendiri, Prahlada yang kini menjadi pemuja Wisnu. Namun, setiap kali ia membunuh putranya, ia selalu tak pernah berhasil karena dihalangi oleh kekuatan gaib yang merupakan perlindungan dari Dewa Wisnu. Ia kesal karena selalu gagal oleh kekuatan Dewa Wisnu, namun ia tidak mampu menyaksikan Dewa Wisnu yang melindungi Prahlada secara langsung. Ia menantang Prahlada untuk menunjukkan Dewa Wisnu. Prahlada menjawab, "Ia ada dimana-mana, Ia ada di sini, dan Ia akan muncul".
Mendengar jawaban itu, ayahnya sangat marah, mengamuk dan menghancurkan pilar rumahnya. Tiba-tiba terdengar suara yang menggemparkan. Pada saat itulah Dewa Wisnu sebagai Narasimha muncul dari pilar yang dihancurkan Hiranyakasipu. Narasimha datang untuk menyelamatkan Prahlada dari amukan ayahnya, sekaligus membunuh Hiranyakasipu. Namun, atas anugerah dari Brahma, Hiranyakasipu tidak bisa mati apabila tidak dibunuh pada waktu, tempat dan kondisi yang tepat. Agar berkah dari Dewa Brahma tidak berlaku, ia memilih wujud sebagai manusia berkepala singa untuk membunuh Hiranyakasipu. Ia juga memilih waktu dan tempat yang tepat. Akhirnya, berkah dari Dewa Brahma tidak berlaku. Narasimha berhasil merobek-robek perut Hiranyakasipu. Akhirnya Hiranyakasipu berhasil dibunuh oleh Narasimha, karena ia dibunuh bukan oleh manusia, binatang, atau dewa. Ia dibunuh bukan pada saat pagi, siang, atau malam, tapi senja hari. Ia dibunuh bukan di luar atau di dalam rumah. Ia dibunuh bukan di darat, air, api, atau udara, tapi di pangkuan Narasimha. Ia dibunuh bukan dengan senjata, melainkan dengan kuku.

Makna dari cerita

  • Narasimha memberi contoh bahwa Tuhan itu ada dimana-mana
  • Rasa bakti yang tulus dari Prahlada menunjukkan bahwa sikap seseorang bukan ditentukan dari golongannya, ataupun bukan karena berasal dari keturunan yang jelek, melainkan dari sifatnya. Meskipun Prahlada seorang keturunan Asura, namun ia juga seorang penyembah Wisnu yang taat.

Membunuh Hiranyakasipu dengan mengambil wujud sebagai Narasimha merupakan salah satu cara menghukum yang paling sadis dari Dewa Wisnu. Di India, Narasimha sangat terkenal. Dalam festival tradisional India, kisah ini berhubungan dengan perayaan Holi, salah satu perayaan terpenting di India. Dari sinilah Narasimha menjadi terkenal. Di India Selatan, Narasimha sering dituangkan ke dalam bentuk seni pahatan dan lukisan. Narasimha merupakan awatara yang paling terkenal setelah Rama dan Kresna.

Thursday, 2 October 2014

Matsya Avatara Wisnu

Matsya Avatara

ikan besar, matsya
Dalam ajaran agama Hindu, Matsya (Devanagari : मत्स्य ) adalah awatara Wisnu yang berwujud ikan raksasa. Dalam bahasa sansekerta kata matsya sendiri berarti ikan. Menurut mitologi Hindu, Matsya muncul pada masa Satyayuga, pada masa pemerintahan Raja Satyabrata (lebih dikenal sebagai Maharaja Waiwaswata Manu), putra Wiwaswan, dewa matahari. Matsya turun ke dunia untuk memberitahu Maharaja Manu mengenai bencana air bah yang akan melanda bumi. Ia memerintahkan Maharaja Manu untuk segera membuat bahtera besar.
Kisah dengan tema serupa juga dapat disimak dalam kisah Nabi Nuh, yang konon membuat bahtera besar untuk melindungi umatnya dari bencana air bah yang melanda bumi. Kisah dengan tema yang sama juga ditemukan di beberapa negara, seperti kisah dari penduduk asli Amerika dan dari Yunani.

Mitologi

Kisah tentang Matsya dapat disimak dalam Matsyapurana dan juga Purana lainnya. Diceritakan bahwa pada saat Raja Satyabrata (yang lebih dikenal sebagai Waiwaswata Manu) mencuci tangan di sungai, seekor ikan kecil menghampiri tangannya dan sang raja tahu bahwa ikan itu meminta perlindungan. Akhirnya ia memelihara ikan tersebut. Ia menyiapkan kolam kecil sebagai tempat tinggal ikan tersebut. Namun lambat laun ikan tersebut bertambah besar, hampir memenuhi seluruh kolam. Akhirnya ia memindahkan ikan tersebut ke kolam yang lebih besar. Kejadian tersebut terus terjadi berulang-ulang sampai akhirnya beliau sadar bahwa ikan yang ia pelihara bukanlah ikan biasa.
Akhirnya melalui upacara, diketahuilah bahwa ikan tersebut merupakan penjelmaan Dewa Wisnu. Dalam versi lain, ikan itu dibawa ke samudera. Ikan itu sendiri menyampaikan kabar bahwa di bumi akan terjadi bencana air bah yang sangat hebat selama tujuh hari. Ikan itu berpesan agar sang raja membuat sebuah bahtera besar untuk menyelamatkan diri dari banjir besar, dan mengisi bahtera tersebut dengan berbagai makhluk hidup yang setiap jenisnya berjumlah sepasang (betina dan jantan), serta membawa obat-obatan, makanan, bibit segala macam tumbuhan, dan mengajak Saptaresi (tujuh nabi). Ikan tersebut juga menambahkan bahwa setelah banjir besar tiba, diharapkan agar bahtera tersebut diikat ke tanduk sang ikan dengan naga Basuki sebagai talinya. Setelah menyampaikan seluruh pesan, ikan ajaib tersebut menghilang.
Menurut Matsyapurana, seratus tahun kemudian, kekeringan yang hebat melanda bumi. Banyak makhluk yang mati kelaparan. Kemudian, langit dipenuhi oleh tujuh macam awan yang mencurahkan hujan lebat tak terhentikan. Dengan cepat, air yang dicurahkan menutupi daratan di bumi. Oleh karena Waiwaswata Manu sudah membuat bahtera sesuai dengan petunjuk yang disampaikan awatara Wisnu, maka ia beserta pengikutnya selamat dari bencana.


Awatara Sebelumnya
Awatara Selanjutnya

Kurma Avatara Wisnu

Kurma Avatara

Kurma atau kura-kura
Dalam agama Hindu, Kurma (Sanskerta: कुर्म; Kurma) adalah awatara (penjelmaan) kedua dewa Wisnu yang berwujud kura-kura raksasa. Awatara ini muncul pada masa Satyayuga. Menurut kitab Adiparwa, kura-kura tersebut bernama Akupa.
Menurut berbagai kitab Purana, Wisnu mengambil wujud seekor kura-kura(kurma) dan mengapung di lautan susu (Kserasagara atau Kserarnawa). Di dasar laut tersebut konon terdapat harta karun dan tirta amerta yang dapat membuat peminumnya hidup abadi. Para Dewa dan Asura berlomba-lomba mendapatkannya. Untuk mengaduk laut tersebut, mereka membutuhkan alat dan sebuah gunung yang bernama Mandara digunakan untuk mengaduknya. Para Dewa dan para Asura mengikat gunung tersebut dengan naga Wasuki dan memutar gunung tersebut. Kurma menopang dasar gunung tersebut dengan tempurungnya. Dewa Indra memegang puncak gunung tersebut agar tidak terangkat ke atas. Setelah sekian lama tirta amerta berhasil didapat dan Dewa Wisnu mengambil alih.
Kurma juga nama dari seorang resi, putra Gretsamada.

Mitologi

Pemutaran Mandaragiri

Dikisahkan pada zaman Satyayuga, para Dewa dan asura (rakshasa) bersidang di puncak gunung Mahameru untuk mencari cara mendapatkan tirta amerta, yaitu air suci yang dapat membuat hidup menjadi abadi. Sang Hyang Nārāyana (Wisnu) bersabda, "Kalau kalian menghendaki tirta amerta tersebut, aduklah lautan Ksera (Kserasagara), sebab dalam lautan tersebut terdapat tirta amerta. Maka dari itu, kerjakanlah!"
Setelah mendengar perintah Sang Hyang Nārāyana, berangkatlah para Dewa dan asura pergi ke laut Ksera. Terdapat sebuah gunung bernama Gunung Mandara (Mandaragiri) di Sangka Dwipa (Pulau Sangka), tingginya sebelas ribu yojana. Gunung tersebut dicabut oleh Sang Anantabhoga beserta segala isinya. Setelah mendapat izin dari Dewa Samudera, gunung Mandara dijatuhkan di laut Ksira sebagai tongkat pengaduk lautan tersebut. Seekor kura-kura (kurma) raksasa bernama Akupa yang konon katanya sebagai penjelmaan Wisnu, menjadi dasar pangkal gunung tersebut. Ia disuruh menahan gunung Mandara supaya tidak tenggelam.
Naga Basuki dipergunakan sebagai tali, membelit lereng gunung tersebut. Dewa Indra menduduki puncaknya, suapaya gunung tersebut tidak melambung ke atas. Setelah siap, para Dewa, rakshasa dan asura mulai memutar gunung Mandara dengan menggunakan Naga Basuki sebagai tali. Para Dewa memegang ekornya sedangkan para asura dan rakshasa memegang kepalanya. Mereka berjuang dengan hebatnya demi mendapatkan tirta amerta sehingga laut bergemuruh. Gunung Mandara menyala, Naga Basuki menyemburkan bisa membuat pihak asura dan rakshasa kepanasan. Lalu Dewa Indra memanggil awan mendung yang kemudian mengguyur para asura dan rakshasa. Lemak segala binatang di gunung Mandara beserta minyak kayu hutannya membuat lautan Ksira mengental, pemutaran Gunung Mandara pun makin diperhebat.

Timbulnya Racun

Saat lautan diaduk, racun mematikan yang disebut Halahala menyebar. Racun tersebut dapat membunuh segala makhluk hidup. Dewa Siwa kemudian meminum racun tersebut maka lehernya menjadi biru dan disebut Nilakantha (SanskertaNila biruKantha tenggorokan). Setelah itu, berbagai dewa-dewi, binatang, dan harta karun muncul, yaitu:
·         SuraDewi yang menciptakan minuman anggur
·         Apsara, kaum bidadari kahyangan
·         Kostuba, permata yang paling berharga di dunia
·         Uccaihsrawa, kuda para Dewa
·         Kalpawreksa, pohon yang dapat mengabulkan keinginan
·         Kamadhenu, sapi pertama dan ibu dari segala sapi
·         Airawata, kendaraan Dewa Indra
·         Laksmi, Dewi keberuntungan dan kemakmuran
Akhirnya keluarlah Dhanwantari membawa kendi berisi tirta amerta. Karena para Dewa sudah banyak mendapat bagian sementara para asura dan rakshasa tidak mendapat bagian sedikit pun, maka para asura dan rakshasa ingin agar tirta amerta menjadi milik mereka. Akhirnya tirta amerta berada di pihak para asura dan rakshasa dan Gunung Mandara dikembalikan ke tempat asalnya, Sangka Dwipa.

Perebutan Tirta Amerta

Melihat tirta amerta berada di tangan para asura dan rakshasa, Dewa Wisnu memikirkan siasat bagaimana merebutnya kembali. Akhirnya Dewa Wisnu mengubah wujudnya menjadi seorang wanita yang sangat cantik, bernama Mohini. Wanita cantik tersebut menghampiri para asura dan rakshasa. Mereka sangat senang dan terpikat dengan kecantikan wanita jelmaan Wisnu. Karena tidak sadar terhadap tipu daya, mereka menyerahkan tirta amerta kepada Mohini. Setelah mendapatkan tirta, wanita tersebut lari dan mengubah wujudnya kembali menjadi Dewa Wisnu. Melihat hal itu, para asura dan rakshasa menjadi marah. Kemudian terjadilah perang antara para Dewa dengan asura dan rakshasa. Pertempuran terjadi sangat lama dan kedua pihak sama-sama sakti. Agar pertempuran dapat segera diakhiri, Dewa Wisnu memunculkan senjata cakra yang mampu menyambar-nyambar para asura dan rakshasa. Kemudian mereka lari tunggang langgang karena menderita kekalahan. Akhirnya tirta amerta berada di pihak para Dewa.
Para Dewa kemudian terbang ke Wisnuloka, kediaman Dewa Wisnu, dan di sana mereka meminum tirta amerta sehingga hidup abadi. Seorang rakshasa yang merupakan anak Sang Wipracitti dengan Sang Singhika mengetahui hal itu, kemudian ia mengubah wujudnya menjadi Dewa dan turut serta meminum tirta amerta. Hal tersebut diketahui oleh Dewa Aditya dan Chandra, yang kemudian melaporkannya kepada Dewa Wisnu. Dewa Wisnu kemudian mengeluarkan senjata chakranya dan memenggal leher sang rakshasa, tepat ketika tirta amerta sudah mencapai tenggorokannya. Badan sang rakshasa mati, namun kepalanya masih hidup karena tirta amerta sudah menyentuh tenggorokannya. Sang rakshasa marah kepada Dewa Aditya dan Chandra, dan bersumpah akan memakan mereka pada pertengahan bulan.

Sebelumnya
Selanjutnya

Wednesday, 1 October 2014

Varaha Avatara Wisnu

Varaha Avatara


Avatara Dewa Wisnu
Suatu ketika, seorang raksasa bernama Hiranyaksa melakukan kejahatan dengan menenggelamkan bumi di dasar alam semesta yakni di dalam laut Garbhodaka, ini diakibatkan rasa bencinya pada Sri Wisnu oleh karenanya ia mencoba melakukan sesuatu yang tidak diketahui oleh Tuhan Sri Wisnu. Ia lupa bahwa Sri Wisnu adalah Tuhan yang menyusupi segala sesuatu, ia tidak tahu bahwa ada Tuhan di dalam hatinya. Walau bagaimanapun ia berusaha menyembunyikan sesuatu dari Tuhan, Tuhan akan selalu mengetahuinya. Sebagaimana kita ketahui, semakin tingkatan planet ke bawah, semakin kotor pula tempat tersebut. Akibat bumi berada di tempat yang kotor, dan kita ketahui bahwa babi suka mengangkat sesuatu dari tempat yang kotor, Tuhan menjelma sebagai babi hutan untuk mengangkat bumi tersebut dengan taring-Nya dan sekalian pula membunuh raksasa Hiranyaksa. Tiada sesuatu yang mustahil bagi Tuhan. Dari sini kita pelajari satu hal, Tuhan sendiri tidak menolak untuk mengangkat sesuatu dari tempat yang kotor bahkan dengan merendah menjadi babi hutan. Mengapa kita sebagai manusia menolak menerima sesuatu yang kelihatan rendah? Akan lebih baik jika kita menerima segala sesuatu serendah apa pun itu di mata orang lain dengan rendah hati.

Krishna Sang Avatara Wisnu

Sri Krishna Sebagai Awatara Visnu

Krsna avatara
Sosok Sri Krishna yang merupakan tokoh pewayangan dalam Mahabharata bukan cerita semata-mata. Sri Krishna adalah seorang sosok kebenaran Weda. Bagi yang yakin dengan Weda beserta ajarannya, maka Mahabharata adalah bagian dari Pancama Weda. Sehingga Sri Krishna tidak usah diragukan lagi. Tokoh Sri Krishna dalam tokoh ceritra pewayangan maupun dalam lakon-lakon film India tidak asing lagi, sehingga Sri Krishna adalah sosok atau tokoh panutan dalam kehidupan sehari-hari. Dijelaskan kehadiran Sri Krishna merupakan awatara Tuhan yang sangat sempurna. Diceritakan Premadhana yang bernama asli I Ketut Adi Perbawa mengatakan, seorang Krishna yang lahir di sebuah penjara karena ayah dan ibunya dibui oleh Kamsa lantaran dirinya mendapat pawisik yang isinya dirinya bakala dibunuh oleh anak kedelapan dari istri adiknya Vasudeva.
Ujung-ujungnya setiap istri Vasudeva, Devaki melahirkan anak itu selalu dibunuh Kamsa. Sampai lahirnya anak ke delapanpun tidak terlepas dari usaha pembunuhan. Dari anak yang kedelapan ini lahirlah Sri Krishna, dia luput sari ancaman pembunhan Kamsa. Singkat cerita akhirnya Kamsa-lah yang mati di tangan Krishna.
Krishna lahir disebuah kota yang bernama Mathura tepatnya Desa Gokul, Vrindavan. Kebesaran Sang Krishna tidak lepas dari asuhan Maharaja dan Ibu Yasuda. Semakin remaja penampilan Krishna semakin meyakinkan membesarkan hati umat karena mampu memberikan tuntunan rohani kepada rekan-rekannya.
Ditanya mengapa Sri Krishna diyakini sebagai Awatara?. Dengan tegas dan meyakinkan Premadhana mengatakan. “didalam Kitab Mahabharata yang merupakan bagian dari Pancama Weda jelas dikatakan kelahiran sebelumnya adalah berwujud Sri Rama, dan Sri Rama pun mengatakan pada perjalanan jaman Dwapara Sri Rama akan muncul lagi dan lahir sebagai tokoh Sri Krishna,” katanya.
Orang yang yakin dengan Weda dan memahami Weda dengan benar, seyogyanya menganut Weda harus menyemah Krishna karena Krishna adalah pribadi Tuhan, bukan pribadi Dewa. “Sebab Dewa dalam konsep Hindu adalah tenaganya Krishna,” imbuh Premadhana dengan hati-hati.
Kalau boleh dikatakan Sri Krishna merupakan awatara yang sempurna sehingga bukan dewa yang turun sebagai awatara melainkan dewa yang merupakan sumber dari kepribadian Krishna. Sri Krishna juga sering disebut dengan Awatari yang artinya sumber dari segala awatara. Lebih tegas dikatakan Krishna adalah sumber awatara sehingga Tuhan itu adalah Krishna. Pernyataan ini sudah tersurat dalam Bhagavad Gita.
Kalau dikaitkan dengan sekta Waisnawa juga memuja Sri Krishna tapi entah bagaimana di Bali konsep Krishna sudah tidak lumrah di puja, mungkin perwujudan itu sudah mengarah ke Dewata Nawa Sanga yang ada Dewa Wisnu, Brahma, Siwa, Mahadewa, Iswara dan dewa lainnya sebagai penjuru arah. Sehingga menurut Premadharma sangat tepat di jaman yang serba bergelimangan materi ini sosok Krishna sebagai penyelamat yang dititahkan Sri Rama di dalam jaman Dwapara akan menjelma lagi. Dan penjelmaan itu sudah terbukti dengan sosok tokoh pembela kebenaran yaitu Sri Krisna . Jika kita melihat kehidupan masa kecil Sri Krishna, jelas penyembah Krishna, Ida Ayu Warsika, dia itu terkenal sangat nakal. Kesehariannya di masa kanak-kanak dihabiskan dengan bermain-main, kemudian mencuri susu. Iya seperti layaknya anak-anak. Walaupun begitu Sri Krishna banyak menyelematkan umat manusia, diantaranya dia berhasil membunuh Kamsa yang sangat jahat dan berperilaku kurang manusiawi terhadap sesamanya. Nah nilai-nilai ini yang harus ditanamkan kepada umat, katanya menambahkan.

SRI KRISHNA “SANG PEMBUNUH”

Sri Krishna dilahirkan ketika negeri Mathura dipimpin seorang raja bernama Kamsa. Kamsa putra Ugrasena yang berasal dari keluarga besar Bhoja ini dikenal sangat sakti tetapi memiliki tabiat yang sangat jahat.
Suatu hari pada saat dia mengemudikan kereta adiknya Vasudeva yang baru saja menikahi Devaki, tiba-tiba ia mendengar ramalan dari alam niskala yang isinya: “suatu hari Kamsa bakal dibunuh oleh anak kedelapan dari pasangan Vasudeva dan Devaki”.
Mendengar lamaran itu Kamsa menjadi sangat gelisah. Mengapa anak adiknya justru yang bakal membunuh dirinya, mungkinkah semua ini karena perilakunya selama ini. Karena diganggu oleh pikiran-pikiran buruknya, akhirnya Kasa meminta kepada Vasudeva, agar setiap anak yang lahir dari kansungan Devaki buah perkawinan mereka itu, harus diserahkan kepada dirinya. Vasudeva tidak bisa berbuat banyak.
Sebagai seorang raja yang taat terhadap dharma, Vasudeva menyerahkan anak pertamanya kepada Kamsa. Kamsa sempat terketuk hatinya melihat tingkah adiknya yang berbudi luhur itu. Sampai ia tidak tega membunuh anak adiknya sendiri. Namun ketika dia mendapat bisikan dari Rsi Nerada bahwa kutukan yang didengarnya itu adalah benar, dan dirinya akan dibunuh oleh anak kedelapan dari Vasudeva yang merupakan titisan dari Wisnu yang menjelma sebagai Sri Krishna, sejak saat itu Kamsa menjadi marah besar.
Vasudeva dan Devaki akhirnya dijebloskan ke penjara. Setiap tahu, begitu pasangan suami istrinya melahirkan, anaknya langsung dibunuh. Tidak sampai disini, pikiran Kamsa mulai rusak, ketika dia mendengar anak dalam bentuk titisan Wisnu itu bisa saja lahir di luar istana. Dengan dasar pikiran seperti itu, Kamsa akhirnya membunuh semua anak yang lahir di negeri yang dipimpinnya. Kejahatan menjadi tidak terkontrol.
Dalam mimpi Kamsa terbongkar bahwa Krishna yang sebenarnya bakal lahir di keluarga Yadu, Bhoja dan Andhaka. Karena itu sasaran pemburuan Kamsa hanya di lingkungan ketiga keluarga tersebut. Akhirnya ketiga keluarga itu menjadi bingung. Mereka meminta perlindungan kepada kerajaan lain yang berada di sekitar Mathura.
Setelah membunuh enam anak pasangan Devaki – Vasudeva, Kamsa melalui anak buahnya terus mengintai keadaan pasangan ini, untuk mencari-cari kelahiran anak mereka selanjutnya. Akhirnya Devaki mengandung anaknya yang kedelapan. Hal ini membuat Devaki sangat cemas. Pastilah anaknya ini bakal dibunuh oleh kakak iparnya.
Malam hari sebelum sang bayi lahir, Devaki dan Vasudeva mendapatkan bisikan dari niskala. Isi setelah bayi itu lahir, bayi itu harus ditukarkan kepada anak Yasoda, dan pada saat yang sama Yasoda juga melahirkan seorang bayi, bayi itulah yang harus diambil. Sesuai dengan pawisik itu, Vasudeva malam-malam mengarungi sungai gangga untuk menukarkan anaknya kepada Yasoda. Perbuatan ini benar-benar nekad. Namun berkat perlindungan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, akhirnya usaha itu berhasil.
Begitu pagi, seorang penjaga penjara mengabarkan kepada Kamsa, anak kedelapan adik iparnya sudah lahir. Pada saat itu Kamsa mencari adik iparnya untuk kemudian membunuh sang bayi. Lantas apa yang terjadi, ternyata sebelum dibunuh bayi itu sudah terbang. Sembari mengeluarkan peringatan, Sri Krishna sudah lahir kebumi dan siap membunuh Kamsa suatu hari.
Kamsa menjadi semakin kalap, dia membunuh semua bayi yang baru lahir maupun yang sudah menginjak umur beberapa bulan. Dalam perjalanan kehidupan Kamsa memang akhirnya dibunuh oleh Sri Krishna. Pembunuhan ini dilakukan untuk membebaskan Kamsa dari dosa-dosa yang telah dibuatnya selama memerintah negeri Mathura. Sebenarnya dalam konteks Bhagavad Gita , setiap pembunuhan yang dilakukan Sri Krishna adalah untuk membebaskan dan membersihkan dunia dari keangkaramurkaan.

Seperti dikaakan dalam Bhagavad Gita, kapan dan dimana terjadi kekacauan dan dharma tidak ditegakkan, maka pada saat itu dia sendiri yang akan lahir untuk melakukan “pembersihan”. Sri Krishna adalah sesrorang pembunuh yang sekaligus membersihkan dunia ini dari kekotoran, kedurjanaan, dari keangkaramurkaan dan dari kebathilan. Sri Krishna merupakan lambang pembebasan, lambang penegakkan dharma.

Sejarah Kerajaan Majapahit

Kerajaan Majapahit


Majapahit
Majapahit adalah sebuah kerajaan kuno di Indonesia yang pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga 1500 M. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350 hingga 1389.

Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Semenanjung Malaya dan dianggap sebagai salah satu dari negara terbesar dalam sejarah Indonesia.Kekuasaannya terbentang di Jawa, Sumatra, Semenanjung Malaya, Borneo, Kepulauan Sulu, Manila (Saludung), hingga Indonesia timur, meskipun wilayah kekuasaannya masih diperdebatkan.

Historiografi

Hanya terdapat sedikit bukti fisik sisa-sisa Majapahit, dan sejarahnya tidak jelas. Sumber utama yang digunakan oleh para sejarawan adalah Pararaton ('Kitab Raja-raja') dalam bahasa Kawi dan Nagarakretagama dalam bahasa Jawa Kuno. Pararaton terutama menceritakan Ken Arok (pendiri Kerajaan Singhasari) namun juga memuat beberapa bagian pendek mengenai terbentuknya Majapahit. Sementara itu, Nagarakertagama merupakan puisi Jawa Kuno yang ditulis pada masa keemasan Majapahit di bawah pemerintahan Hayam Wuruk. Setelah masa itu, hal yang terjadi tidaklah jelas. Selain itu, terdapat beberapa prasasti dalam bahasa Jawa Kuno maupun catatan sejarah dari Tiongkok dan negara-negara lain.
Keakuratan semua naskah berbahasa Jawa tersebut dipertentangkan. Tidak dapat disangkal bahwa sumber-sumber itu memuat unsur non-historis dan mitos. Beberapa sarjana seperti C.C. Berg menganggap semua naskah tersebut bukan catatan masa lalu, tetapi memiliki arti supernatural dalam hal dapat mengetahui masa depan. Namun demikian, banyak pula sarjana yang beranggapan bahwa garis besar sumber-sumber tersebut dapat diterima karena sejalan dengan catatan sejarah dari Tiongkok, khususnya daftar penguasa dan keadaan kerajaan yang tampak cukup pasti.

Sejarah Berdirinya Majapahit


Sesudah Singhasari mengusir Sriwijaya dari Jawa secara keseluruhan pada tahun 1290, Singhasari menjadi kerajaan paling kuat di wilayah tersebut. Hal ini menjadi perhatian Kubilai Khan, penguasa Dinasti Yuan di Tiongkok. Ia mengirim utusan yang bernama Meng Chi[9] ke Singhasari yang menuntut upeti. Kertanagara, penguasa kerajaan Singhasari yang terakhir menolak untuk membayar upeti dan mempermalukan utusan tersebut dengan merusak wajahnya dan memotong telinganya.
Kublai Khan marah dan lalu memberangkatkan ekspedisi besar ke Jawa tahun 1293. Ketika itu, Jayakatwang, adipati Kediri, sudah membunuh Kertanagara. Atas saran Aria Wiraraja, Jayakatwang memberikan pengampunan kepada Raden Wijaya, menantu Kertanegara, yang datang menyerahkan diri. Raden Wijaya kemudian diberi hutan Tarik. Ia membuka hutan itu dan membangun desa baru. Desa itu dinamai Majapahit, yang namanya diambil dari buah maja, dan rasa "pahit" dari buah tersebut.
Ketika pasukan Mongol tiba, Wijaya bersekutu dengan pasukan Mongol untuk bertempur melawan Jayakatwang. Raden Wijaya berbalik menyerang sekutu Mongolnya sehingga memaksa mereka menarik pulang kembali pasukannya secara kalang-kabut karena mereka berada di teritori asing.[11][12] Saat itu juga merupakan kesempatan terakhir mereka untuk menangkap angin muson agar dapat pulang, atau mereka harus terpaksa menunggu enam bulan lagi di pulau yang asing.
Tanggal pasti yang digunakan sebagai tanggal kelahiran kerajaan Majapahit adalah hari penobatan Raden Wijaya sebagai raja, yaitu pada tanggal 10 November 1293. Ia dinobatkan dengan nama resmi Kertarajasa Jayawardhana. Kerajaan ini menghadapi masalah. Beberapa orang terpercaya Kertarajasa, termasuk Ranggalawe, Sora, dan Nambi memberontak melawannya, meskipun pemberontakan tersebut tidak berhasil.
Slamet Muljana menduga bahwa mahapatih Halayudha lah yang melakukan konspirasi untuk menjatuhkan semua orang terpercaya raja, agar ia dapat mencapai posisi tertinggi dalam pemerintahan. Namun setelah kematian pemberontak terakhir (Kuti), Halayudha ditangkap dan dipenjara, dan lalu dihukum mati.[12] Wijaya meninggal dunia pada tahun 1309.
Anak dan penerus Wijaya, Jayanegara, adalah penguasa yang jahat dan amoral. Ia digelari Kala Gemet, yang berarti "penjahat lemah". Pada tahun 1328, Jayanegara dibunuh oleh tabibnya, Tanca. Ibu tirinya yaitu Gayatri Rajapatni seharusnya menggantikannya, akan tetapi Rajapatni memilih mengundurkan diri dari istana dan menjadi pendeta wanita. Rajapatni menunjuk anak perempuannya Tribhuwana Wijayatunggadewi untuk menjadi ratu Majapahit. Selama kekuasaan Tribhuwana, kerajaan Majapahit berkembang menjadi lebih besar dan terkenal di daerah tersebut. Tribhuwana menguasai Majapahit sampai kematian ibunya pada tahun 1350. Ia diteruskan oleh putranya, Hayam Wuruk.

Kejayaan Majapahit

Hayam Wuruk, juga disebut Rajasanagara, memerintah Majapahit dari tahun 1350 hingga 1389. Pada masanya Majapahit mencapai puncak kejayaannya dengan bantuan mahapatihnya, Gajah Mada. Di bawah perintah Gajah Mada (1313-1364), Majapahit menguasai lebih banyak wilayah. Pada tahun 1377, beberapa tahun setelah kematian Gajah Mada, Majapahit melancarkan serangan laut ke Palembang,[2] menyebabkan runtuhnya sisa-sisa kerajaan Sriwijaya
Menurut Kakawin Nagarakretagama pupuh XIII-XV, daerah kekuasaan Majapahit meliputi Sumatra, semenanjung Malaya, Borneo, Sulawesi, kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, Papua, dan sebagian kepulauan Filipina[13]. Namun demikian, batasan alam dan ekonomi menunjukkan bahwa daerah-daerah kekuasaan tersebut tampaknya tidaklah berada di bawah kekuasaan terpusat Majapahit, tetapi terhubungkan satu sama lain oleh perdagangan yang mungkin berupa monopoli oleh raja[14]. Majapahit juga memiliki hubungan dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma bagian selatan, dan Vietnam, dan bahkan mengirim duta-dutanya ke Tiongkok

Jatuhnya Majapahit

Sesudah mencapai puncaknya pada abad ke-14, kekuasaan Majapahit berangsur-angsur melemah. Tampaknya terjadi perang saudara (Perang Paregreg) pada tahun 1405-1406, antara Wirabhumi melawan Wikramawardhana. Demikian pula telah terjadi pergantian raja yang dipertengkarkan pada tahun 1450-an, dan pemberontakan besar yang dilancarkan oleh seorang bangsawan pada tahun 1468.
Dalam tradisi Jawa ada sebuah kronogram atau candrasengkala yang berbunyi sirna ilang kretaning bumi. Sengkala ini konon adalah tahun berakhirnya Majapahit dan harus dibaca sebagai 0041, yaitu tahun 1400 Saka, atau 1478 Masehi. Arti sengkala ini adalah “sirna hilanglah kemakmuran bumi”. Namun demikian yang sebenarnya digambarkan oleh candrasengkala tersebut adalah gugurnya Bre Kertabumi, raja ke-11 Majapahit, oleh Girindrawardhana.
Ketika Majapahit didirikan, pedagang Muslim dan para penyebar agama sudah mulai memasuki Nusantara. Pada akhir abad ke-14 dan awal abad ke-15, pengaruh Majapahit di seluruh Nusantara mulai berkurang. Pada saat bersamaan, sebuah kerajaan perdagangan baru yang berdasarkan Islam, yaitu Kesultanan Malaka, mulai muncul di bagian barat Nusantara.
Catatan sejarah dari Tiongkok, Portugis (Tome Pires), dan Italia (Pigafetta) mengindikasikan bahwa telah terjadi perpindahan kekuasaan Majapahit dari tangan penguasa Hindu ke tangan Adipati Unus, penguasa dari Kesultanan Demak, antara tahun 1518 dan 1521 M.
Raja-raja Majapahit
Berikut adalah daftar penguasa Majapahit. Perhatikan bahwa terdapat periode kekosongan antara pemerintahan Rajasawardhana (penguasa ke-8) dan Girishawardhana yang mungkin diakibatkan oleh krisis suksesi yang memecahkan keluarga kerajaan Majapahit menjadi dua kelompok.
1. Raden Wijaya, bergelar Kertarajasa Jayawardhana (1293 - 1309)
2. Kalagamet, bergelar Sri Jayanagara (1309 - 1328)
3. Sri Gitarja, bergelar Tribhuwana Wijayatunggadewi (1328 - 1350)
4. Hayam Wuruk, bergelar Sri Rajasanagara (1350 - 1389)
5. Wikramawardhana (1389 - 1429)


6. Suhita (1429 - 1447)
7. Kertawijaya, bergelar Brawijaya I (1447 - 1451)
8. Rajasawardhana, bergelar Brawijaya II (1451 - 1453)
9. Purwawisesa atau Girishawardhana, bergelar Brawijaya III (1456 - 1466)
10. Bhre Pandansalas, atau Suraprabhawa, bergelar Brawijaya IV (1466 - 1468)
11. Bhre Kertabumi, bergelar Brawijaya V (1468 - 1478)
12. Girindrawardhana, bergelar Brawijaya VI (1478 - 1498)
13. Hudhara, bergelar Brawijaya VII (1498-1518).

Pengumuman CPNS 2014

Pengumuman Hasil Test CPNS 2014


Panselnas.menpan.go.id: Hasil Pengumuman Tes CAT CPNS 2014 Tak Bisa Di Ganggu Gugat Oleh Instansi - Panitia Selesksi Nasional (Panselnas) CPNS 2014 telah menjamin keamanan yang sangat ketat untuk menjaga Hasil Tes CAT Calon Pagawai Negeri Sipil tahun 2014. Panitia seleksi Nasional juga memberi himbauan pada seluruh Instasi yang membuka lowongan formasi CPNS 2014 untuk tidak melakukan kecurangan terlebih mencoba untuk memanipulasi hasil tes CAT.
Dalam pelaksanaan Tes CAT CPNS tahun 2014 ini. Panselnas sendiri akan ikut mengawasi tahapan demi tahapan saat Tes CPNS 2014 berlangsung sehingga dapat mengawasi dan mencegah terjadinya kecurangan dalam pelaksanaan Tes CPNS 2014 ini.
Tinjauan ini juga bertujuan agar panselnas dapat mengetahui segala informasi mulai lokasi, nama, alamat, hingga hasil tes dari setiap peserta CPNS 2014. FX Arunanto engatakan, tes CAT di pelosok Indonesia langsung diawasi oleh tim dari Panselnas.
Tim Quality Assurance Panselnas itu juga menyatakan bila Panselnas telah mendesain CAT CPNS 2014 sedemikian rupa agar bisa terpantau secara online. Demikian penjelasannya tentang CAT CPNS 2014.
Arunanto mencontohkan bagaimana tes CAT yang dilakukan di 33 provinsi di Kejaksaan Agung. Tes tersebut bisa dimonotor dari pusat dan pelamar bisa diketahui informasinya kapan ia mengisi materi tes dan selesai mengerjakan plus hasilnya.
“Kalau pelamar A di Papua selesai jam 10.00 WIT dengan hasil 400 misalnya, Panselnas di jam itu juga langsung tahu hasilnya. Jadi sebelum tim di Papua melaporkan hasilnya, Panselnas sudah tahu hasilnya,” jelasnya.
Dengan monitoring yang ketat seperti yang telah di terapkan oleh Panselnas, maka instansi pusat atau daerah yang menggelar tes CAT tidak dapat melakukan kecurangan termasuk memanipulasi data hasil tes CAT CPNS 2014. Ini jadi jaminan bagi peserta tes jika hasilnya nanti akan fair dan sesuai kemampuan mereka.

“Masyarakat di daerah jangan khawatir pemda akan memainkan hasil tesnya,” katanya dengan yakin. Sumber : http://www.iberita.com