Facebook in blogger Portal Pendidikan Indonesia: Kematian Pangeran Duryodhana

Monday, 29 September 2014

Kematian Pangeran Duryodhana

Kematian Duryodhana

Duryudana, doryudhana
Setelah kematian Prabu Salya ditangan Yudistira dalam Bharatayudha, seperti halnya kematian Tragis Sakhuni, tentara Hastina telah kehilangan panglima perangnya. Duryodhana dengan ketakutan melarikan diri kedalam hutan dan menghilang. Kubu Kurawa kini tanpa pemimpin dan mengundurkan diri ke perkemahannya. Berhari-hari tidak tampak kegiatan dari kubu Hastina untuk melanjutkan pertempuran, selama Kubu Pandawa selalu siap sedia dengan tentaranya, dengan Bima memimpin tentara penggempur, Arjuna di sebelah kanan dan Nakula Sadewa di sisi kiri.

Setelah lewat seminggu, banyak raja dan adipati pendukung Hastina telah pulang kembali ke tempat asal mereka sementara beberapa tentara telah menyerah kepada Pandawa. Melalui tentara yang menyerah diketahui bahwa Duryodhana telah menghilang kedalam hutan selama seminggu. Sri Krsna mengerti bahwa inilah saatnya untuk mengakhiri Bharatayuda. Bersama Pandawa, Sri Krsna datang ke perkemahan Hastina. Terlihat tentara2 Hastina sudah tidak ada niat untuk perang dan patah semangat. Dengan mudahnya Sri Krsna menemukan Duryodhana yang sedang berendam di dalam sebuah danau di hutan. Ketika disapa, Duryodhana terlihat seperti orang linglung. Ketika ditanya apa yang sedang dilakukannya, Duryodhana menjawab, “Aku sedang merenungkan saudara-saudaraku yang telah gugur”.
Sri Krsna kemudian bertanya apa yang akan dilakukan oleh Duryodhana, “Aku akan menyerahkan tahta Hastina kepada Yudistira dan akan membuang diriku ke dalam rimba seperti yang dilakukan oleh para Pandawa”. Yudistira yang adil dan bijaksana kemudian berkata bahwa dirinya tidak ingin Hastina, yang diminta hanyalah Indrapasta. Duryodhana dipersilahkan memilih salah satu diantara kelima Pandawa sebagai lawan tandingnya, jika Duryodhana menang maka dirinya tetap berkuasa di Hastina sementara Pandawa akan menetap di Indrapasta. Setelah berkata itu, Pandawa dan Sri Krsna meninggalakan Duryodhana. Duryodhana kemudian mulai berpikir siapa yang akan dipilih sebagai lawannya, Yudistira … … orangnya sabar dan mempunyai ilmu yang aneh, bisa2 dirinya berakhir seperti Prabu Salya. Bima … … memang Duryodhana dendam kepada Bima dan walau kekuatan mereka hampir seimbang, Bima mempunyai ajian2 kekuatan yang berbahaya. Arjuna … … tidak mungkin karena orangnya sangat sakti dan mempunyai banyak senjata pusaka, dalam sekejap dirinya bisa habis. Nakula … Sadewa … … keduanya amat lincah dan pintar menggunakan pedang dan panah, dirinya bisa diiris2 atau dijadikan sate dengan panah.
Keesokan harinya para Pandawa telah siap di Kuruserta, lengkap dengan senjatanya kecuali Yudistira yang tidak bersenjata tapi tampak tenang2 saja. Kemudian tampak Duryodhana dengan gagahnya datang bersenjatakan sebuah gada. Sebagai wasit ialah Prabu Baladewa, orangnya jujur dan menjunjung tinggi keadilan sementara pendiriannya tidak memihak Kurawa maupun Pandawa walau dirinya masih bersaudara dengan Pandawa. Baladewa kemudian bertanya siapakah yang ditantang oleh Duryodhana, jawaban Duryodhana “Aku memilih Bima yang telah paling banyak membantai saudara2 Kurawa, menghirup darah Durasana dan merobek mulut paman Sangkuni!” Bima yang juga mengharapkan dirinya mendapat kesempatan untuk melawan Duryodhana segera maju kedepan membawa gadanya yang sebesar kepala.
Baladewa memberi ketentuan bahwa pertarungan ini adalah antara dua ksatria dan tidak boleh ada pihak ketiga. Ketika mulai, tampak pertarungan berlangsung dengan seimbang, Duryodhana yang biasanya pengecut kali ini bertarung mati-matian karena menaruh harap untuk menjadi raja di Hastina. Lama kelamaan terlihat bahwa Bima lebih unggul, mahkota Duryodhana telah hancur terhantam oleh gada bima kemudian tubuh Duryodhana terkena pukulan langsung sehingga terpental. Semua orang mengira Duryodhana telah kalah tapi anehnya, Duryodhana bangun kembali seperti tidak kesakitan oleh pukulan Bima. Hal ini terjadi berkali2 sehingga akhirnya Bimapun mulai lelah karena pertarungan yang berkepanjangan. Suatu ketika Bima agak lengah sehingga mahkutanyapun hancur dihantam oleh gada Duryodhana. Arjuna yang cemas akan keselamatan saudaranya mendekati Sri Krsna dan bertanya kenapa Duryodhana tak jatuh-jatuh.
Oleh Sri Krsna dijelaskan bahwa ketika bayi Duryodhana dimandikan oleh air suci, sehingga kini badannya keras bagaikan besi jika dipukul akan sakit tapi segera sembuh kembali. Arjuna menjadi cemas dan menanyakan bagaimana cara mengalahkannya. Sri Krsna menjawab, “Ketika dimandikan, paha kirinya tertutup oleh sehelai daun, itulah kelemahannya. Sekarang adik Arjuna dekati Bima sambil pura2 menonton dan tepuk paha kiri untuk memberi tanda pada adik Bima”. Arjuna segera melaksanakan perintah Sri Krsna, dan mendekati pertarungan sambil menepuk paha kirinya.
Bima yang otaknya encer segera mengerti maksud Arjuna segera mengeluarkan aji Bayubraja dan dihantamkan sekuat tenaga ke paha kiri Duryodhana. Pukulan Bima kena tepat pada paha kiri Duryodhana dan Duryodhana segera terjatuh sambil berteriak kesakitan. Bima kemudian menghentikan serangannya karena Duryodhana sudah tidak berdaya. Duryodhana tapi berteriak minta dihabisi karena dirinya sudah tak berdaya, namun sebagai ksatria Bima pantang menyerang orang yang tidak berdaya.
Sri Krsna kemudian menjelaskan bahwa Bima harus mengakhiri nyawa Duryodhana karena dalam keadaan seperti itu Duryodhana akan menjadi cacat dan selamanya tidak berguna lagi. Sebagai sesama ksatria Bima harus menghormati lawannya dan mengakhiri hidup Duryodhana. Bima kemudian mendekati Duryodhana dan mengayunkan gadanya ke kepala Duryodhana. Baladewa kemudian menghentikan pertarungan dan menyatakan kemenangan Bima. Dengan begitu berakhirlah perang Bharatayuda dengan kemenangan bagi pihak Pandawa.

No comments:

Post a Comment

Berikan Komentar Anda untuk membangun Blog ini ke arah lebih baik.